Blog & Event

Ketika Backup Menjadi Sasaran, Ketahanan Siber Kini Jadi Andalan

Di era digital yang kian kompleks, serangan siber bukan lagi sekadar gangguan teknis—melainkan ancaman serius terhadap kelangsungan bisnis. Ransomware, serangan DDoS, dan pencurian data kini bisa melumpuhkan operasional hanya dalam hitungan jam. Dalam konteks ini, backup data yang selama ini dianggap sebagai “solusi penyelamat” mulai menunjukkan keterbatasannya.

Mengandalkan backup saja tidak lagi cukup. Banyak pelaku kejahatan siber kini menargetkan sistem cadangan, bahkan menghapus atau mengenkripsi backup itu sendiri. Oleh karena itu, pendekatan yang lebih menyeluruh dibutuhkan, yakni ketahanan siber (cyber resilience).

Artikel ini akan membahas mengapa backup saja sudah tidak memadai, bagaimana paradigma bergeser menuju ketahanan siber, serta langkah-langkah praktis yang dapat diambil oleh organisasi untuk melindungi data dan menjaga kelangsungan bisnis secara holistik.

Kenapa Backup Tidak Lagi Cukup?

Backup data tradisional dahulu menjadi pegangan utama dalam menghadapi kehilangan data akibat kerusakan sistem atau kesalahan manusia. Namun, di era ransomware-as-a-service, pelaku kejahatan siber kini menargetkan backup itu sendiri, mulai dari mengenkripsi hingga menghapus salinan cadangan, bahkan di cloud.

Strategi backup yang hanya mengandalkan snapshot tanpa perlindungan ekstra kini rentan dipatahkan oleh peretas canggih. Artinya, backup saja tidak lagi menjadi “asuransi” yang efektif.

Transisi dari Backup ke Ketahanan Siber

Ketahanan siber (cyber resilience) adalah pendekatan komprehensif untuk memastikan bisnis tetap berjalan saat menghadapi gangguan siber. Fokusnya bukan hanya pada pemulihan data, tapi juga menjaga operasi, reputasi, dan kepercayaan pelanggan.

Pendekatan ini meliputi:

  • Deteksi dini dan respons cepat,
  • Kelangsungan operasional meskipun infrastruktur terganggu,
  • Perbaikan sistem secara berkelanjutan.

Komponen Utama Ketahanan Siber

  1. Immutable backups
    Salinan yang tidak bisa diubah atau dihapus, bahkan oleh admin.
  2. Kontrol Akses Ketat (PAM & MFA)
    Menjaga backup dari manipulasi dengan kontrol hak akses dan otentikasi berlapis.
  3. Backup Otomatis dan Enkripsi Data
    Proses terjadwal yang terenkripsi penuh untuk memastikan integritas.
  4. Pengujian Pemulihan Rutin
    Pemulihan tidak sekadar asumsi; harus diuji secara berkala.
  5. Recovery Playbook dan DRaaS
    Panduan pemulihan dan layanan pemulihan cepat berbasis cloud.
  6. Analisis Dampak Bisnis (BIA)
    Memetakan sistem kritis agar strategi backup dan pemulihan lebih terfokus.

Langkah Menuju Ketahanan Siber

Untuk membangun ketahanan siber yang kuat, langkah pertama yang harus dilakukan adalah melakukan Analisis Dampak Bisnis (Business Impact Analysis/BIA). Dengan BIA, organisasi dapat mengidentifikasi sistem, data, dan layanan yang paling kritis agar prioritas perlindungan dan pemulihannya dapat ditentukan secara tepat. Setelah itu, penting untuk mengimplementasikan backup yang immutable, yakni salinan data yang tidak dapat diubah atau dihapus, bahkan oleh administrator. Backup ini sebaiknya dikombinasikan dengan kontrol akses ketat seperti Privileged Access Management (PAM) dan Multi-Factor Authentication (MFA) untuk mencegah penyusup mendapatkan akses tidak sah ke sistem cadangan.

Langkah berikutnya adalah mengotomatiskan proses backup dengan jadwal yang konsisten dan mengenkripsi data baik saat disimpan maupun saat ditransmisikan. Hal ini memastikan integritas dan kerahasiaan data tetap terjaga. Tak kalah penting, organisasi perlu menyusun rencana pemulihan (recovery playbook) yang jelas dan mempertimbangkan penggunaan Disaster Recovery as a Service (DRaaS) untuk mempercepat proses pemulihan sistem saat terjadi insiden.

Setelah infrastruktur dan rencana dibangun, pengujian pemulihan harus dilakukan secara berkala melalui simulasi atau drill. Ini memastikan bahwa sistem dapat benar-benar pulih dalam waktu yang ditentukan dan tidak ada kendala tersembunyi dalam proses pemulihan. Terakhir, ketahanan siber tidak akan efektif tanpa adanya kesadaran dan keterlibatan seluruh organisasi.

Maka dari itu, membangun budaya keamanan yang melibatkan pelatihan karyawan, integrasi kebijakan GRC (Governance, Risk, and Compliance), serta dukungan manajemen puncak menjadi langkah penting dalam memperkuat pertahanan siber secara menyeluruh.

Kenapa UKM Harus Peduli?

UKM sering menjadi target empuk karena keterbatasan sumber daya TI. Ketika serangan melumpuhkan sistem, kerugian bisa sangat besar dan reputasi sulit dipulihkan. Ketahanan siber memberi UKM kesempatan untuk pulih cepat, mempertahankan kepercayaan pelanggan, dan tetap kompetitif, tanpa harus memiliki infrastruktur besar.

Kesimpulan

Backup tetap penting, tapi kini tak bisa berdiri sendiri. Ancaman siber yang semakin canggih menuntut organisasi untuk bertransformasi ke arah ketahanan siber, strategi yang tidak hanya memulihkan data, tapi juga menjamin operasional terus berjalan, reputasi tetap terjaga, dan bisnis bertahan di tengah badai digital.

Scroll to Top