HarianKami.com — Membangun Keamanan dan Ketahanan Siber Nasional: Tantangan dan Peluang Menuju Indonesia Emas 204 Keamanan dan ketahanan siber merupakan salah satu pilar penting dalam mewujudkan visi Indonesia Emas 2045. Namun, persoalan besar di bidang ini tidak semata-mata terletak pada teknologi atau penguasaan teknisnya. Tantangan sesungguhnya justru muncul dari lemahnya strategi holistik, minimnya talenta berkualitas, serta absennya postur kepemimpinan yang kuat dan budaya risiko (risk culture) yang mendalam.
Helicopter View: Memahami Ancaman dengan Perspektif Holistik
Selama ini, pendekatan terhadap keamanan siber sering kali terjebak pada pandangan sempit. Kita lebih fokus pada tren komersial (hype) atau rasa takut kehilangan momentum (FoMO – Fear of Missing Out) daripada memahami ancaman nyata. Perspektif “helicopter view” sangat diperlukan untuk mengenali potensi dan ancaman dari berbagai sudut pandang. Analisis mendalam terhadap profil ancaman siber masih minim, dan kita sering kali hanya mengadopsi apa yang diinginkan pihak eksternal tanpa mempertanyakan relevansi atau risikonya.
Human Talents: Masalah Kuantitas dan Kualitas
Meskipun banyak yang mengklaim bahwa Indonesia memiliki jumlah talenta besar di bidang teknologi, kualitas talenta siber kita masih jauh tertinggal dari standar global. Standar profesionalisme, kualifikasi, serta kesiapan menghadapi tantangan nyata (battle-ready & battle-proven) belum menjadi bagian dari ekosistem kita. Investasi yang serius dalam pengembangan talenta, termasuk pendidikan, sertifikasi, dan pengalaman praktis, sangat mendesak untuk memperkuat posisi Indonesia di arena siber internasional.
Ketergantungan pada Teknologi Asing
Kenyataan pahit lainnya adalah ketergantungan kita pada teknologi asing. Sebagian besar produk dan layanan yang kita gunakan adalah hasil ciptaan pihak ketiga.